Total Tayangan Halaman

Sabtu, 28 Agustus 2010

Linkin Park - The Catalyst (OFFICIAL PREVIEW)

Linkin Park - "Numb/Encore" (Clean Version)

Linkin Park - Bleed It Out

Linkin Park - Leave Out All The Rest - LIVE from Road To Revolution DVD

Linkin Park - Given Up (OFFICIAL Video)

Linkin Park - Faint

Linkin Park - What I've Done

Linkin Park - In The End

Linkin Park LIVE -ONE STEP CLOSER

Kamis, 26 Agustus 2010

Hankamrata Masih Ampuh Hadapi Sistem Rudal Malaysia 8 24th, 2010 by nav


TNI-ADMantan Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) I Iskandar Muda Mayjen (Purn) Djali Yusuf menilai jumlah personil tentara lebih menentukan ketimbang kecanggihan persenjataan.
“Bagaimanapun jumlah tentara utama dan cadangan Indonesia lebih banyak daripada Malaysia, itu sangat menentukan jika terjadi perang,” ujar Djali kepada INILAH.COM, Minggu (22/8).
Menurut pensiunan jenderal bintang dua ini, dalam sistem Hankamrata personil TNI bukan hanya anggota utama TNI melainkan juga seluruh komponen cadangan meliputi rakyat sipil terlatih.
“Untuk wilayah seluas Indonesia, sistem Hankamrata masih tetap relevan untuk dipertahankan,” ujar Djali.
Sebelumnya diberitakan, pemerhati pertahanan Ade Daud Nasution mengatakan kekuatan militer Malaysia di atas kekuatan TNI. Salah satunya, Malaysia telah menganut sistem pertahanan rudal nasional alias yang kini dianut Amerika Serikat.
“Malaysia sudah meniru Amerika pakai National Missile Defense, Indonesia masih pakai sistem hankamrata (sistem pertahanan keamanan rakyat semesta),” ujar Ade.

Hadapi Perang Modern Korut Kembangkan Taktik Kamuflase


8 26th, 2010 by nav
Korut Kembangkan Taktik KamuflaseSEOUL — Korea Utara telah mengembangkan bahan-bahan kamuflase seperti cat “siluman” untuk menyamarkan kapal perang, tank atau pesawat tempur dari satelit pengintai dan pesawat asing, kata sebuah laporan, Senin (23/8/2010).
Buku manual lapangan rahasia yang digunakan militer komunis tersebut menyebutkan bahwa Korut juga telah membuat jaringan lubang bawah tanah dan gua, menurut koran Chosun Ilbo. Surat kabar itu mengatakan, buku manual tersebut mengutip pemimpin Korut Kim Jong-Il yang menyatakan, “Perang modern merupakan perang ’siluman’. Kami bisa menyatakan bahwa menang atau kalah akan ditentukan dari bagaimana kita melakukan perang ’siluman’.”
Buku manual tersebut, yang tercetak tahun 2005, diselundupkan keluar oleh seorang sumber melalui Caleb Mission, organisasi Kristiani Korea Selatan. Buku itu memberi instruksi mendetail akan cara membuat dan memakai cat “siluman”, yang menyerap gelombang radar, kata Chosun Ilbo. Para pejabat militer di Seoul menolak untuk memberi konfirmasi akan laporan tersebut.
Buku tersebut mendeskripsikan cara untuk menutupi instalasi atau peralatan dan cara untuk membuat pasukan militer terlihat seperti bergerak, padahal mereka sebenarnya berdiam diri guna mengecohkan pengintai Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Chosun Ilbo mengutip seorang pakar intelijen yang tak disebutkan namanya mengatakan, ia terkejut menemukan militer Korut telah melakukan riset yang teliti dan cermat mengenai taktik “siluman” dari yang diduga sebelumnya. Kantor berita Yonhap menyiarkan laporan serupa. Buku tersebut menggambarkan cara untuk menutupi peralatan artileri jarak jauh dengan menggunakan bahan yang memantulkan radar, katanya.
Militer Korut juga memerintahkan untuk membuat landas pacu pesawat palsu guna menipu mata-mata asing, kata Yonhap.

Selasa, 24 Agustus 2010

Militer Korsel Lacak Empat Kapal Selam Korut Yang Hilang Dari Layar Radar

Shark-class submarine
Kapal Selam Korea Utara Kelas Shark
Seoul - Militer Korea Selatan berusaha melacak empat kapal selam Korea Utara yang menghilang dari layar radar setelah meninggalkan pangkalan mereka awal pekan ini, kata para pejabat, Rabu.
Ketegangan militer meningkat setelah Korea Selatan (Korsel) pekan lalu menuduh Korea Utara (Korut) menenggelamkan sebuah kapal perang di Laut Kuning dalam satu serangan torpedo kapal selam Maret lalu.
Kantor berita Yonhap mengutip seorang pejabat militer yang tidak disebut namanya mengatakan empat kapal selam kelas Sang-O berbobot mati 300 ton menghilang dari layar radar setelah meninggalkan pangkalan angkatan laut Chaho di provinsi Hamkyong Utara, Korut timur laut.
“Jarang sekali Korut melepaskan banyak kapal selam tanpa jejak selama dua hari berturut-turut.
“Kami serangan berusaha menemukan kapal-kapal selam itu dengan menggunakan segala kemampuan angkatan laut di Laut Jepang (Laut Timur),” kata pejabat itu.
Wakil Menteri Pertahanan Chang Kwang-Il mengatakan kapal-kapal selam itu agaknya sedang melakukan pelatihan rutin. “Tetapi pihak berwenang militer sedangn memantau dengan cermat situasi,” kata Chang kepada wartawan.
Pangkalan Chaho terletak persis selatan tempat peluncuran rudal jarak jauh Masudan-ri. Korut dilaporkan mengoperasi 40 kapal selam klas Sang-O.
Amerika Serikat, Selasa mengumumkan rencana akan segera melakukan pelatihan anti kapal selam di Laut Kuning, bersama dengan angkatan laut Korsel.
Korut membantah terlibat dalam tenggelamnya kapal perang Korsel yang menewaskan 46 pelaut Maret lalu. Selasa malam Korut mengumumkan pihaknya memutuskan semua hubungan dengan Korsel sebagai protes terhadap tuduhan-tuduhan itu.

Pesawat Malaysia Lima Kali Melintas Wilayah Indonesia


8 22nd, 2010 
Helikopter TUDMKotabaru - Komandan Gugus Tempur Laut Timur Laksamana Pertama Widodo, menyatakan, sejak Januari sampai Agustus 2010 telah lima kali pesawat Negara Malaysia masuk wilayah Indonesia.
“Jadi `fexling`nya empat kali rotari dan wingnya satu kali dengan helikopter satu kali masuk ke wilayah Indonesia sampai empat tikel main,” kata Widodo, dalam kunjungannya bersama KRI Slamet Riyadi ke Kotabaru, Kalsel, Rabu.
Dia menjelaskan, pesawat Malaysia tersebut hanya melintas saja di atas perairan wilayah Indonesia. Mereka itu langsung ditegur oleh Komandan Gugus Tempur Laut Timur (Dangguspurlatim), namun tidak dijawab.
“Seperti biasa, setelah itu keluar,” ujarnya.
Dia mengaku, pihaknya telah membuat nota `proteks` tentang pelanggaran tersebut.
“Jadi setiap pelanggaran yang dilakukan Malaysia selalu kita buat laporannya untuk diserahkan ke Markas Besar TNI untuk disampaikan ke Kementerian Luar Negeri,” katanya.
Dari Kementerian Luar Negeri itu, kata Widodo, diteruskan ke Malaysia untuk nota deplomatik dan ditembuskan ke PBB.
Dia menjelaskan, sejak Januari-Agustus tidak ada lagi pelanggaran kapal Malaysia yang masuk ke wilayah Indonesia bagian Timur.
Wilayah Indonesia timur tersebut relatif aman.
Dalam kesempatan tersebut Widodo mengatakan kepada Pemkab Kotabaru bahwa Komando Gugus Tempur Laut Timur selalu ada untuk menjaga mereka.
Pihaknya juga mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah, terutama ekonomi yang berkaitan dengan kelautan.
“Untuk keamanan itu bagian kami, dan untuk itu pula kami hadir di sini,” katanya.
Keberadaan TNI Angkatan Laut, khususnya Komando Gugus Tempur Laut Timur dapat memacu, mengakselerasi ekonomi daerah, katanya.

Pasukan Elit TNI-AL Tambah 53 Personel Yon Taifib Dan Kopaska


8 17th, 2010 by nav
Pasukan Elit TNI-AL
Pasukan Elit TNI-AL
Surabaya - TNI Angkatan Laut (AL) memperkuat pasukan khususnya setelah 53 personel pasukan Intai Amfibi (Taifib) dan Pasukan Katak (Paska) menyelesaikan pendidikannya di Komando Pengembangan dan Pendidikan TNI Angkatan Laut (Kobangdikal).
Komandan Kobangdikal, Laksamana Muda TNI Sumartono, meluluskan 33 siswa Diktaifib dan 20 siswa Dikspaska di Surabaya, Jumat, yang sebelumnya menjalani pendidikan selama 10 bulan di Komando Pendidikan Operasional Laut Kobangdikal.
“Menjadi seorang prajurit handal berkualifikasi khusus untuk diterjunkan di medan yang khusus, merupakan perjuangan yang sangat berat dan melelahkan, seperti halnya Taifib dan Paska ini,” katanya.
Pasukan Taifib baru itu terdiri atas lima orang di berpangkat perwira, 10 bintara, dan 18 sisanya dari strata tamtama. Sementara itu, Paska, tujuh orang di antaranya perwira, empat orang bintara, dan sembilan tamtama.
“Selamat, kalian telah berhasil melewati pendidikan berat ini. Brevet Paska dan Trimedia yang membanggakan itu adalah sesuatu yang tidak semua prajurit bisa mendapatkannya,” katanya.
Karena jumlah prajurit pilihan sangat terbatas, Dankobangdikal meminta pasukan khusus itu
harus terus mengasah kemampuan dengan berlatih secara berjenjang.
“Asahlah terus kemampuan yang telah dimiliki dengan latihan yang bertingkat dan berlanjut. Jangan malas karena itu biang dari kehancuran organisasi,” katanya.
Sebagai seorang pasukan khusus TNI-AL, lanjut jenderal bintang dua itu, harus menghayati tugas pokok dan fungsi pasukan khusus karena tugas yang diberikan adalah amanat yang harus dilaksanakan secara profesional.
Hanya dengan sikap, perilaku disiplin, bermoral, dan profesional TNI-AL akan bergerak maju pada sosok jati diri sejati menuju TNI-AL yang besar, kuat, dan professional.
Pelantikan 53 orang Pasukan Khusus TNI-AL tersebut di Lapangan Laut Seram, Kobangdikal, itu dihadiri Wakil Dankobangdikal Brigjen TNI (Mar) P. Verry Kunto G, Komandan Kodikopsla Laksamana Pertama TNI Totok Permanto, Komandan Kodikmar Kolonel Marinir Purwadi, dan pejabat teras Kobangdikal lainnya.

Pemerintah Kaji Pembangunan Reaktor Nuklir


8 22nd, 2010 by nav
Pemerintah Kaji Pembangunan Reaktor Nuklir
Desain PLTNuklir Muria
Jakarta - Wakil Presiden Boediono mengatakan perlunya Indonesia segera menguasai teknologi nuklir untuk pembangkit listrik. Ini mengingat di sejumlah negara maju, pembangkit listrik dari nuklir sudah mulai gencar.
“Teknologi yang tidak bisa tidak kita kuasai. Kita jangan terlena dengan begitu banyak sumber daya alam energi yang tersedia, kita manfaatkan semaksimal mungkin,” kata Boediono menjawab pertanyaan audience dalam acara Menerima Peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan 44 Lemhannas di Kantor Wakil Presiden, Kamis 19 Agustus 2010.
Menurut Boediono, pembangkit nuklir itu memang memiliki resiko yang tinggi. Semua energi yang dikelola pasti memiliki resikonya. “Semuanya ada resiko. Bahkan untuk batubara ada resikonya, gas ada resiko. Jadi ini memang harus benar-benar kita pelajari,” ujarnya. Biaya pembangunan energi nuklir akan menghabiskan energi yang cukup besar tapi sebanding dengan penggunaannya.
Boediono mengatakan akan terus memantau kesiapan penguasaan dalam pembangunan reaktor nuklir untuk tujuan penyediaan energi itu. “Saya sendiri akan melihat nanti perjalanan kita beberapa tahun ke depan. Tapi intinya kita harus melakukan itu,” ujarnya.
Soal kapan pembangunan reaktor nuklir, dia belum bisa memastikan tahun yang pasti. “Tapi kita bisa tetap untuk membangun di tempat yang kita sepakati bersama, kita akan bangun reaktor nuklir untuk pembangkit listrik. Jadi ini salah satu cita-cita kita yang akan kita kerjakan,” ujarnya.
Dalam acara ini hadir, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto dan Ketua Lembaga Ketahanan Nasional Muladi.

Benteng Marlborough -- sisa kajayaan inggris di bengkulu

 
Benteng Marlborough Sisa Kejayaan Inggris di Bengkulu Benteng Marlborough --

BENTENG Marlborough berdiri gagah di atas sebuah bukit. Dari benteng ini, pemandangan Samudra Hindia yang dipunggunginya terlihat sangat indah. Selain pemandangannya, ukuran dan sejarah benteng juga menjadi magnet bagi para pelancong.

Anda bisa menemukan Benteng Marlborough di Desa Kebon Keling, Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu. Banteng peninggalan Inggris di kota Bengkulu ini didirikan oleh East India Company (EIC) pada 1713-1719 di bawah pimpinan Gubernur Joseph Callet.

Konon, benteng seluas 31,5 hektare yang bentuk seperti kura-kura ini merupakan benteng terkuat Inggris di wilayah Timur setelah benteng St. George di Madras, India.

Sebelum memasuki benteng, terlebih dahulu Anda akan melewati sebuah jembatan yang masih terawat. Jembatan ini memang dibangun sebagai akses masuk karena benteng ini dikelilingi oleh parit yang berukuran besar.

Benteng seperti ini memang tipikal benteng-benteng Inggris yang sering kita saksikan di televisi. Parit ini biasanya digunakan sebagai pertahanan awal dari musuh sebelum masuk ke dalam benteng.

Sejarah mencatat, benteng ini pernah dibakar oleh rakyat Bengkulu yang menyebabkan penghuninya terpaksa mengungsi ke Madras. Mereka kemudian kembali pada 1724 setelah diadakan perjanjian namun pada 1793, serangan kembali dilancarkan. Pada insiden ini seorang opsir Inggris, Robert Hamilton, tewas.

Insiden penyerangan juga terjadi pada 1807 yang mengakibatkan residen Thomas Parr tewas. Kedua korban tewas diperingati dengan pendirian monumen-monumen di kota Bengkulu oleh pemerintah Inggris.

Sejak awal pendiriannya, Benteng Marlborough berfungsi sebagai benteng pertahanan hingga masa Hindia-Belanda (1825-1942), Jepang (1942-1945), dan pada perang kemerdekaan Indonesia.

Benteng ini juga sempat manjadi markas Polri pada 1948 saat Jepang kalah. Namun, pada 1949-1950, Benteng Marlborough diduduki kembali oleh Belanda. Baru setelah Belanda pergi pada 1950, benteng ini menjadi markas TNI-AD.

Hingga 1977, benteng ini kemudian diserahkan kepada Depdikbud untuk dipugar dan dijadikan bangunan cagar budaya serta salah satu obyek wisata di Kota Bengkulu

Satu hal yang juga menarik, di salah satu kamar benteng ini pernah dihuni Presiden RI pertama Ir. Soekarno ketika menjalani hukuman buangan masa penjajahan Belanda.

Bila ingin mengetahui lebih jelas tentang benteng ini, Anda bisa meluangkan waktu untuk berlibur ke Kota Bengkulu dan merasakan langsung pesona benteng dan pemandangan di sekitarnya.

Oiya, lokasi benteng juga berbatasan dengan Perkampungan China, yang juga kawasan obyek wisata. Jadi, setelah puas berkeliling Anda bisa segera menuju perkampungan China untuk mendapatkan pengalaman yang berbeda.

KASAL : TNI-AL Siap Hadapi Agresi Asing Dan Pelanggar Wilayah RI


8 22nd, 2010 by nav
Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Agus Suhartono
Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Agus Suhartono
Jakarta - Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Agus Suhartono menyatakan bahwa Angkatan Laut Indonesia siap menghadap agresi asing dan pelanggar wilayah RI.
Dalam kuliah umumnya di Universitas Padjajaran Bandung, Kamis, ia mengatakan, terkait itu pihaknya telah menyusun kekuatan pokok minimum secara proposional dan bertahap sesuai tingkat ancaman yang dihadapi.
“TNI Angkatan Laut secara proporsional dan bertahap telah merencanakan dan mewujudkan kekuatan tempur sesuai kekuatan pokok minimum yang dibutuhkan,” ujar Agus.
Ia mengatakan, perkembangan lingkungan strategis yang semakin kompleks terutama yang berpengaruh terhadap situasi pelayaran di wilayah Indonesia, membutuhkan kehadiran kekuatan angkatan laut yang maksimal.
Agus menjelaskan, kekuatan pokok minimum disusun berdasarkan kemampuan yang diperlukan (capability design) untuk menghadapi segala bentuk ancaman guna menjaga keutuhan NKRI.
Berbagai tantangan yang kian dihadapi TNI Angkatan Laut, lanjut Agus, agresi oleh pihak asing, pelanggaran wilayah oleh pihak asing, dan klaim perbatasan perairan laut dengan beberapa negara tetangga.
Tak hanya itu, TNI Angkatan Laut juga menghadapi pemberontakan bersenjata di laut, sabotase pihak tertentu untuk merusak instalasi penting dan obyek vital, sabotase asing untuk mendapatkan rahasia militer, ancaman navigasi, serta aksi teror bersenjata oleh teroris internasional dan teroris dalam negeri.
“Keamanan di wilayah laut atau di wilayah udara yurisdiksi nasional harus dijaga untuk mendukung majunya perekonomian Indonesia lewat laut,” kata Kasal.
Agus mengatakan, pengembangan kekuatan Angkatan Laut melibatkan, kalangan industri dalam negeri di penelitian dan pengembangan yang mengikutsertakan para Sivitas Akademika, khususnya dalam menghadapi perang bawah air, permukaan/atas air dan udara.
Pengembangan kekuatan dengan melibatkan seluruh kalangan itu serta perang yang harus dapat mengintegrasikan dan mensinkronisasikan kapabilitas, yaitu Peperangan elektronika (Electronic Warfare/EW), Operasi psikologi (Psychology Operations), Pengelabuan militer (Military Deception), Keamanan operasi (Security Operations), Operasi jaringan komputer (Computer Network Operations), dukungan kemampuan intelijen, komunikasi dan humas/penerangan yang tangguh, tutur Agus.
“Dengan begitu, TNI Angkatan Laut dapat menjalankan tugas pokoknya dengan maksimal termasuk dalam membantu operasi militer selain perang atau misi kemanusiaan (civic mission),” ujarnya.(Sumber : Antara)

Proyek Korvet Nasional Akan Terus Dilanjutkan


8 23rd, 2010 by nav
Replika Korvet Nasioanal
Replika Korvet Nasioanal
Jakarta - Wakil Presiden Boediono mengingatkan, revitalisasi industri di bidang pertahanan jangan sampai terperangkap dan terjerumus dalam proses serta praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme atau KKN.
”Jika ada KKN, apa pun yang dilakukan dalam programnya pasti akan gagal,” kata Wapres Boediono saat memberikan pembekalan di hadapan peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLIV Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) di Istana Wapres, Jakarta, Kamis (19/8).
Menurut Wapres, jika hal itu terjadi, program apa pun yang akan dilakukan pasti tidak akan berjalan sehingga yang akan menjadi korban adalah rakyat.
Dalam acara itu hadir Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto dan Gubernur Lemhannas Muladi serta 100 peserta PPRA yang berasal dari sejumlah kalangan dan negara.
Di industri pertahanan negara maju, tambah Wapres, saat ini dikenal dengan fenomena atau sindrom military-industrial complex atau semacam persekongkolan kepentingan militer dan industri. ”Jadi, apa pun harus bersih dari KKN. Jangan sampai kita masuk dalam situasi dan fenomena persekongkolan kepentingan militer dan industri tersebut,” ujarnya.
Boediono menambahkan, dalam industri pertahanan, yang harus disiapkan dan dijalankan adalah memperkuat industri pertahanan, menyeleksi alat pertahanan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, serta harus menyesuaikan diri dengan program soft power atau ideologi dan visi bangsa serta program hard power, seperti teknologi dan industri.
”Catatan saya agar revitalisasi industri pertahanan juga berupaya untuk mewujudkan satu mata rantai dalam mendukung industri pertahanan secara sistematis,” kata Wapres.
Korvet
Dalam pertemuan di Istana Wapres itu juga dilakukan tanya-jawab peserta PPRA dengan Wapres dan Menko Polhukam.
Menjawab pertanyaan peserta PPRA XLIV mengenai nasib program nasional korvet untuk TNI, yaitu pengadaan empat buah korvet—dua akan dibangun di Belanda dan dua lainnya akan dibangun di PT PAL, PT Pindad, dan PT Dirgantara Indonesia—Djoko Suyanto mengaku, program itu berhenti di tengah jalan karena ketidaksiapan BUMN strategis dan bukan dari pihak luar.
”Pada waktu sekitar enam tahun lalu, selain soal dana, manajemennya mungkin kebetulan juga kurang baik di PAL, Pindad, dan Dirgantara Indonesia karena situasi saat itu tengah dilanda krisis,” katanya.
Namun, lanjut Djoko, dengan kebijakan baru satu atau dua tahun terakhir ini, program nasional korvet diharapkan bisa berlanjut mengingat kebijakan pendanaan ditetapkan dalam jangka panjang dengan dukungan perbankan nasional. ”Saya kira prosesnya akan terus dilanjutkan. Tidak hanya di PAL, Pindad, tetapi juga di Dirgantara Indonesia. Bahkan, bukan cuma korvet, melainkan juga pesawat dan senjata lainnya,” kata Djoko

Kapal Selam Baru Malaysia Tidak Bisa Menyelam Dan Senjata Kedaluwarsa


8 23rd, 2010
Nurul Izzah dalam kunjungan di Redaksi Harian Kompas , Jakarta, Rabu (4/8). 















uala Lumpur - Nurul Izzah (30), putri tokoh oposisi Anwar Ibrahim, dituduh berkhianat akibat wawancara yang dimuat di harian Kompas (5/8). Komentar Nurul tentang kapal selam bermasalah yang dibeli Malaysia dari Perancis jadi dasar dakwaan membahayakan keselamatan negara.
Nurul menjawab tuduhan serius itu dalam situs www.freemalaysiatoday.com (FMT). Sementara pihak Angkatan Laut Diraja Malaysia melaporkan Nurul ke Balai Polis Hulu Kelang tanggal 17 Agustus lalu.
Hasil wawancara dengan harian Kompas yang dijadikan dasar tuntutan militer terhadap Nurul adalah keterangan ”…kapal selam itu tidak bisa menyelam dan persenjataan yang dibeli ternyata sudah kedaluwarsa.”
Oleh sebagian media pro-pemerintah, Nurul pun dicap sebagai pengkhianat nomor satu karena menceritakan kondisi kapal selam Kapal Diraja Tunku Abdurahman yang tak dapat menyelam dan persenjataannya sudah kedaluwarsa.
Dalam jawaban di situs FMT, Nurul menjelaskan, keterangan kepada harian Kompas berdasarkan jawaban yang disampaikan Menteri Pertahanan Malaysia di Dewan Rakyat (parlemen Malaysia) pada 17 Maret 2010 tentang kapal selam tak bisa menyelam.
Sebelum Angkatan Laut Diraja Malaysia mengadukan Nurul ke Polisi Diraja Malaysia, Menteri Pertahanan Ahmad Zahid Hamidi menilai komentar Nurul sudah mencederai citra Malaysia dan membahayakan negara.
Dituduh demikian, Nurul menjawab tudingan pengkhianat bangsa lebih tepat diarahkan kepada pihak yang membiarkan korupsi merajalela di sektor pertahanan. ”Jika Menteri Ahmad Zahid adalah patriot, kenapa tak mendukung Komisi Anti-Korupsi Malaysia untuk menyelidiki pemberian komisi kepada perusahaan Perimekar Sdn Bhd dari perusahaan Perancis dalam pembelian kapal selam itu yang ditanyakan parlemen tanggal 2 Juli 2010,” kata Nurul.
KS Scorpene KD Tun Razak
KS Scorpene KD Tun Razak
Kasus korupsi sebesar 114 juta euro (Rp 1,2 triliun lebih) itu tengah disidangkan di Perancis. Perimekar Sdn Bhd adalah perusahaan milik Abdul Razak Baginda, seorang rekan dekat Perdana Menteri Najib Razak.
Nurul menambahkan, seperti diberitakan Bernama (6/8), latihan Angkatan Laut yang dilakukan setahun sekali di Malaysia demi penghematan dari semestinya tiga kali justru lebih membahayakan keselamatan dan keamanan negara.
Ahmad Zahid Hamidi dalam thestaronline.com (19/8) meminta politisi tak memolitisasi isu pertahanan nasional.(sumber: kompas}

Korvet Kelas Sigma V Dalam Proses Penyelesaian Dan Siap Dioperasikan


8 24th, 2010 by nav
Korvet kelas Sigma V 105m
Korvet kelas Sigma V 105m
Palu - TNI Angkatan Laut tengah menyiapkan kapal Korvet Kelas Sigma (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach) V. Kapal yang dibuat bekerja sama dengan PT PAL ini akan dioperasikan untuk memperkuat sistem pertahanan matra laut.
“Saat ini dalam proses penyelesaian, Insya Allah dalam waktu dekat ini sudah dioperasikan,” kata Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso kepada wartawan di Palu, Sulawesi Tengah seusai buka puasa bersama dengan jajaran Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dan petinggi TNI setempat.
Menurut Djoko, Korvet Sigma berteknologi terkini, kapal ini dapat menjadi jembatan transformasi dan standardisasi teknologi kapal-kapal kombatan TNI AL. Sehingga akan terjadi efisiensi dalam pengadaan, pemeliharaan dan perawatan alat utama sistem senjata TNI AL, termasuk pada aspek logistik, pendidikan, dan pelatihan personel pengawaknya.
Djoko mengatakan, percepatan proyek kapal Korvet ini akibat tingginya kasus insiden antara aparat keamanan Indonesia dan petugas perairan negara lain seperti Malaysia, yang terjadi diatas perbatasan atau di wilayah perairan Indonesia.
Soal kasus ketegangan Malaysia dan Indonesia di Selat Malaka belakangan ini, Djoko menyatakan sudah ada kesepahaman antara Indonesia, Singapura dan Malaysia bahwa bila ada sengketa yang terjadi di selat itu diselesaikan dengan jalan dialog. “Kapal ini bukan untuk persiapan perang,”katanya.
Djoko berharap dengan bertambahnya armada penjaga perbatasan khususnya di kawasan perairan, akan menambah semangat anggotanya dalam menjalankan tugas dan menjadi penjaga wilayah Indonesia saat negara lain mencoba menganggu wilayah kedaulatan Indonesia.
TNI AL Tidak Tambah Jumlah Kapal Patroli Diperbatasan
Sementara itu Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan TNI AL tidak akan menambah jumlah armada kapal patroli di kawasan perbatasan Indonesia - Malaysia.
“Saat ini di Selat Malaka sudah ada tujuh kapal dan di Selat Singapura ada empat kapal yang dioperasikan setiap hari. Dan saya kira jumlahnya sudah cukup,” katanya usai melakukan peletakan batu pertama perumahan nondinas TNI AL `Griya Bahari Indah` di desa Pademonegoro, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo, Sabtu.
Menurut dia, kedua negara perlu mempelajari bersama atau duduk dalam satu meja terkait penentuan batasan wilayah terutama di laut tersebut.
Hingga saat ini belum ada kesepahaman antara dua negara sehingga menyebabkan terjadinya beberapa kali kejadian yang menyebabkan hubungan kedua negara memanas.
Apalagi kejadian penangkapan tujuh nelayan Malaysia oleh kapal patroli Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di perairan Pulau Bintan Provinsi Kepulauan Riau pada Minggu lalu (8/8) merupakan wilayah yang belum ada keputusan bersama antardua negara.
Akibatnya, tiga anggota KKP yang mengamankan tujuh nelayan Malaysia justru ditangkap oleh Polisi Malaysia.
Di Sidoarjo, KSAL meresmikan pembangunan 697 unit rumah nondinas TNI AL di Desa Pademonegoro, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo, Jatim.

Presiden SBY Perintahkan Percepatan Pembahasan Batas Maritim Indonesia Dan Malaysia


8 24th, 2010 by nav
 
Presiden SBYJakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan percepatan pembahasan batas maritim antara Indonesia dan Malaysia untuk menghindari perbedaan pendapat antarkedua negara.
“Perlu batas maritim (yang jelas) antara Indonesia dan Malaysia,” kata Presiden Yudhoyono saat buka puasa bersama dengan sejumlah kader Partai Demokrat di kediamannya di Puri Cikeas, Bogor, Minggu malam.
Untuk itu, Presiden Yudhoyono telah memerintahkan menteri terkait untuk mempercepat upaya perundingan dengan Malaysia guna membahas batas wilayah antara Indonesia dan Malaysia.
Presiden menegaskan, upaya perundingan dengan Malaysia bisa segera dimulai, tanpa harus menunggu negara itu menyelesaikan sengketa batas wilayah dengan Singapura.
Saat ini, Malaysia sedang bersengketa dengan Singapura tentang klaim kepemilikan Pulau Batu Puteh. Sengketa itu sedang diproses di Mahkamah Internasional.
Untuk memulai proses perundingan dengan Malaysia, Presiden Yudhoyono dijadwalkan akan segera menerima laporan dari menteri terkait pada pekan ini, terutama terkait dengan kasus penangkapan tiga petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) oleh kepolisian Malaysia beberapa waktu lalu.
Presiden Yudhoyono menjelaskan, letak geografis perairan Indonesia sangat rentan karena berbatasan langsung dengan tujuh negara. Oleh karena itu, Indonesia harus terus mengedepankan upaya diplomasi dengan negara tetangga

Minggu, 22 Agustus 2010

Pemerintah Indonesia dan India Jalin Proyek Kerja Sama Bidang Antariksa


8 21st, 2010 by nav
Pemerintah Indonesia dan India Jalin Proyek Kerja Sama Bidang Antariksa
Skema Spaceport Ideal Untuk Wahana Ruang Angkasa
Bogor - Pemerintah Indonesia dan India menjalin proyek kerja sama dalam bidang antariksa. Pembentukan komite bilateral tersebut adalah wujud implementasi dari proyek kerja sama bidang teknologi dan aplikasi antariksa. Kedua tim komite hadir di Pusat Teknologi Elektronika Dirgantara di Rancabungur, Bogor, Jawa Barat, pertengahan Agustus ini.
Dalam kesepakatan tersebut, Indonesia mengajukan permohonan kepada India untuk memindahkan kepemilikan stasiun TT & C Lapan-ISRO (Lembaga Antariksa India) di Biak, Papua, kepada Indonesia. Kesepakatan tersebut tertuang dalam Rapat Komite Kerja Sama Indonesia dan India yang digelar di Bali, yang ditandatangani Sekretaris Utama Lapan Bambang Koesoemanto dan Direktur ISTRAC (Jaringan Komando dan Tracking ISRO SK Shivakumar.
Keinginan Indonesia tak langsung diamini. Sebab proses perpindahan kepemilikan harus dilakukan di level pemerintahan, yang memakan proses diplomasi antarpemerintah selama dua bulan. Bila disetujui, India akan menyiapkan proposal persetujuan untuk perpindahan stasiun TT & C tadi.
Sejalan dengan proses perpindahan kepemilikan satelit, India meminta Indonesia mengembangkan kerja sama di beberapa bidang kedirgantaraan. Di antaranya meliputi identifikasi tempat pembangunan antena TT & C satelit baru dengan ketinggian 40 meter di Biak, pengoperasian stasiun bumi satelit yang dapat dipindahkan, perolehan data satelit penginderaan jauh IRS, Cartosat, dan Oceansat-2.

Perampokan Bank di Medan Menhan Minta TNI Periksa Senjata Personel

Minggu, 22 Agustus 2010 04:17 WIB 
Menhan Minta TNI Periksa Senjata Personel Dok. MI/al
JAKARTA--MI: Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro meminta TNI untuk memeriksa seluruh persenjataan personilnya, menyusul ditemukannya senapan laras panjang jenis AK-47 dan M-16 dalam aksi perampokan Bank CIMB, Medan, Rabu (18/8).

"Kita akan minta TNI untuk melakukan pemeriksaan internal terhadap persenjataan personelnya," katanya di Jakarta, Sabtu (21/8).     

Purnomo mengaku, belum mendapat laporan adanya persenjataan personel TNI yang hilang.  "Kami juga belum menerima permintaan Polri, terkait ditemukannya senjata organik yang biasa digunakan personel TNI dan Polri. Kita akan selidiki dulu, TNI agar memeriksa lebih teliti persenjataan personelnya," ujarnya.

Purnomo juga akan memeriksa kemungkinan senjata jenis tersebut adalah sisa dari konflik bersenjata di Aceh beberapa tahun silam. "Bisa saja senjata itu bekas konflik di Aceh yang masih belum dikembalikan, dan dibawa ke Medan untuk mendukung aksi kejahatan itu. Semua kemungkinan akan kita periksa," katanya.

Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Polisi Marwoto Soeto sebelumnya mengatakan, senjata laras panjang AK-47 dan M16 serta beberapa jenis pistol bisa saja berasal dari sisa-sisa Gerakan Aceh Merdeka.  "Diduga, masih ada senjata sisa GAM yang beredar," Marwoto.      

Meski begitu, lanjut Marwoto, bukan berarti pula pelakunya adalah mantan anggota GAM atau bahkan oknum TNI dan Polri. Ia mengingatkan, Medan juga merupakan salah satu daerah tempat pelarian GAM.

"Ada jalan tembusnya dari Aceh Selatan. Saya dulu pernah bertugas di Aceh," jelas Marwoto. Ada empat jenis senjata yang diduga digunakan pelaku. Jenis senjata itu yakni, AK47, M16, SS1, dan pistol revolver.

Hercules TNI AU Rusak di Timika

Minggu, 22 Agustus 2010 03:35 WIB     
TIMIKA
  Sebuah pesawat Hercules milik TNI AU mengalami kerusakan mesin saat hendak berangkat dari Bandara Mozes Kilangin, Timika menuju Wamena, Jumat (20/8) dan hingga Sabtu masih terus diperbaiki.

Komandan Pangkalan Udara Timika, Letkol Penerbangan I Nyoman di Timika, Sabtu, membenarkan adanya kerusakan pada salah satu pesawat pengangkut milik TNI AU tersebut. "Memang benar pesawat Hercules mengalami sedikit kerusakan dan sementara dilakukan perbaikan karena suku cadang sudah didatangkan dari Jakarta," jelas Nyoman.

Dari pantauan di Bandara Mozes Kilangin Timika, Sabtu siang, terlihat para teknisi sedang memperbaiki pesawat Hercules yang mengalami kerusakan tersebut. Pesawat tersebut terlihat masih parkir pada apron (tempat parkir) Bandara Mozes Kilangin, Timika.

Untuk memperbaiki pesawat Hercules yang berukuran cukup besar itu, pihak pengelola Bandara Mozes Kilangin bahkan mengerahkan peralatan trem (semacam derek/pengungkit) yang digunakan para teknisi untuk memperbaiki mesin dan baling-baling pesawat.

Kepala Bidang Perhubungan Udara Mimika, John Rettob juga membenarkan pesawat Hercules milik TNI AU mengalami kerusakan mesin di Bandara Mozes Kilangin Timika. "Kami mendapat informasi teknisi sudah memasang mesin baru yang didatangkan langsung dari Jakarta dengan pesawat Hercules yang lain,"

Kamis, 12 Agustus 2010

Defect found on Royal Malaysian Navy sub


2 12th, 2010 by nav
KD Tunku Abdul Rahman
OUR FIRST: The KD Tunku Abdul Rahman arriving at Port Klang for its official welcoming home ceremony on Sept 3 last year
Technical problem prevented French-built Scorpene from diving
KUALA LUMPUR - The country’s sole submarine, KD Tunku Abdul Rahman, suffered a technical defect that prevented it from diving for three months. The problem was fixed last week.
The defect forced the RM1 billion plus French-built Scorpene submarine to delay tropical water trials that were scheduled to be completed by the end of January.
As a result, builder DCNS SA extended the warranty for the submarine, which was supposed to expire on Jan 25, until May so the KD Tunku Abdul Rahman could complete its trials — the first step to obtaining its Initial Operational Capability (IOC).
RMN chief Tan Sri Abdul Aziz Jaafar told The Malay Mail on Monday that the trials started this week, after DCNS completed the repairs.
“We did not allow the submarine to dive due to safety reasons. Now the problem has been fixed, the trials can be conducted,” he added when met at the Defence Ministry.
The submarine was commissioned early last year after undergoing two years of trials in France.
In an email to The Paper That Cares recently, Abdul Aziz said: “KD TAR had not obtained its IOC yet as she is experiencing a defect under warranty that would not permit her to dive.
“The contractual completion for all tropical trials was before Jan 25 but submarine builder, DCNS had agreed to extend it to May 2010 as they had to rectify all warranty defects.”
A defence industry source said problems with new ships or submarines were common and described the problem with the new submarine as “teething, although serious as submarines need to be able to go underwater”.
The source likened the problem to that suffered by the Royal Australian Navy (RAN) with its Swedish-built Collins class submarines, which were put into service in the late 90s.
It was reported on Jan 21 that the RAN submarines’ Swedish-supplied Hedemora diesel engines may have to be replaced — a major design and engineering job that could cost hundreds of millions of Australian dollars and take years to complete.
The Malay Mail learnt that the KD Tunku Abdul Rahman problem was discovered when the submarine was to start its tropical water trials in October, after its homecoming ceremony on Sept 3 last year.
The submarine is expected to complete all trials by May and be cleared for operations in the same month. It is also expected to conduct the live firing of its SM39 Exocet anti-ship missile in May.
The second RMN submarine, KD Tun Abdul Razak, is scheduled to conduct its first live torpedo firing late this year.
It is believed that the problems with KD Tunku Abdul Rahman is the reason for the arrival of the KD Tun Abdul Razak, scheduled for January, to be delayed until June or July. It is reportedly undergoing a second phase of trials by Navantia, a Spanish shipbuilder and partner of DCNS.
The Malay Mail learnt that Prime Minister Datuk Seri Najib Razak discussed the technical problems of KD Tunku Abdul Rahman with French Defence Minister Herve Morin during Lima 2009 in Langkawi last December and Morin promised the matter would be solved “as soon as possible”.
Following the meeting, two naval officers from France came to Malaysia to help RMN solve the problems. Defence Minister Datuk Seri Ahmad Zahid Hamidi leads a task force to ensure that the submarine’s technical issues were resolved.
The two submarines were ordered in 2002 at a cost of RM3.4 billion.
Submarines Built By French And Spanish Firms
BOTH the KD Tunku Abdul Rahman and KD Tun Abdul Razak are to be based at the Royal Malaysian Navy base in Telok Sepanggar, Sabah, which was built specifically for submarines. The base also houses maintenance, training and personnel facilities for the vessels.
The two Scorpene submarines were built in separate modules at the Navantia shipyard in Cartagena, Spain, and the DCNS yard in Cherboug, France, before the hulls were joined and launched. The KD Tunku Abdul Rahman was fitted out at the Cherboug shipyard while KD Tun Abdul Razak was completed at the Navantia shipyard.
Apart from the two submarines, the deal also included the purchase and refurbishment of an Agosta class submarine, which is used to train RMN personnel. Some 150 RMN personnel were sent to Brest, France, for training as part of the procurement programme.
The Scorpenes are classified as Perdana Menteri Class submarines with the RMN. Both submarines are armed with Blackshark wire-guided torpedoes and Exocet SM39 antiship missiles.
They can carry out anti-submarine or anti-surface ship warfare, as well as special forces deployment in coastal waters.
Both vessels are equipped with necessary emergency systems to ensure the survival of its 32-man crew for seven days. The submarines are reportedly able to spend an average of 240 days at sea a year.

TNI AL Prioritaskan Pembelian Kapal Selam Pada Tahun 2011


3 13th, 2010 by  nav
Kapal
 Selam Kilo Class Buatan Rusia
Kapal Selam Kilo Class Buatan Rusia
TNI Angkatan Laut sangat membutuhkan kapal selam untuk mengamankan wilayah yuridiksi nasional di wilayah laut yang luasnya mencapai 5,9 juta km persegi, terdiri dari 2,7 juta km persegi luas zona ekonomi eksklusif (ZEE), dan 3,2 juta km persegi luas perairan kepulauan dan perairan pedalaman. Keberadaan kapal selam ini juga akan digunakan untuk mengamankan garis pantai Indonesia yang panjangnya mencapai sekitar 81 ribu km persegi.
“Saat ini, Indonesia hanya memiliki dua kapal selam. Karena itu, TNI AL akan memprioritaskan pembelian kapal selam pada tahun 2011,” ungkap Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal), Kolonel Laut (P), Herry Setianegara di Mabes AL, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (11/3).
Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan TNI AL sedang memproses pengadaan kapal selam. Perencanaan penambahan kapal selam, menurut KSAL, telah ditetapkan dalam cetak biru (blue print) TNI AL.
“Penambahan kapal selam tetap mempertimbangkan kondisi keuangan negara. Mengenai jumlah ideal kapal selam bisa dilihat dari berbagai perspektif, misalnya geografis,” kata Agus Suhartono.
Dalam mengadakan kapal selam, kata KSAL, dipertimbangkan kemampuan selam dari kapal selam tersebut. “Kemampuan kapal selam itu bisa menyelam lebih lama, minimal dua minggu. Itu yang paling utama bagi kapal selam. Kalau kapal selam tiap hari harus muncul yah ketahuan. Harus bisa menyelam cukup lama,” katanya.
Kapal Selam U-214 SSK Buatan Jerman
Kapal Selam U-214 SSK Buatan Jerman
Direktur Jenderal Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI, Laksamana Muda TNI Gunadi mengatakan anggaran yang dibutuhkan untuk pengadaan dan pemeliharaan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) hingga 15 tahun mendatang sekitar Rp400 triliun. Selain itu, ke depan Kemenhan dan TNI akan memprioritaskan penggunaan alutsista produk dalam negeri. Namun, untuk saat ini beberapa alutsista masih yang berasal dari luar negeri.
Menurut Gunadi, untuk pengadaan alutsista tahun 2010, masing-masing Angkatan memiliki prioritas. Untuk TNI Angkatan Darat, memprioritaskan pengadaan alutsista seperti helikopter angkut TNI AD, dan peluru kendali. Sedangkan Angkatan Laut di antaranya membutuhkan Perusak Kawat Rudal (PKR), kapal selam, dan tank marinir. Sedangkan untuk Angkatan Udara memprioritaskan pengadaan pesawat latih, pengganti pesawat tempur OV-10, pesawat tempur MK-53, dan hercules.

Mengenang Misi Pendaratan Pasukan Khusus Oleh Kapal Selam RI Tjandrasa


4 20th, 2010 by nav
Misi Senyap Kapal Selam Tjandrasa
  • Judul : Mission Accomplished: Misi Pendaratan Pasukan Khusus Oleh Kapal Selam RI Tjandrasa
  • Penulis : Atmadji Sumarkidjo
  • Penerbit : Jakarta, Kata Hasta
  • Cetakan : I, Januari 2010
  • Tebal : xxvi + 155 halaman
  • ISBN : 978-979-1056-36-6
Tanggal 19 Februari 1963 di halaman Istana Negara, Jakarta, Presiden Soekarno menganugerahkan Bintang Sakti bagi 1.165 pejuang Trikora. Sejumlah nama tercantum sebagai penerima Bintang Sakti, termasuk Herlina si Pending Emas, Leonardus Benny Moerdani, dan 61 ABK Kapal Selam RI Tjandrasa. Baru kali ini bintang tertinggi militer dianugerahkan secara kelompok, umumnya hanya buat individu yang bertugas diluar panggilan tugas.
ABK RI Tjandrasa dianugerahi bintang tertinggi militer Indonesia atas keberanian mereka yang luar biasa mendaratkan 15 pasukan RPKAD di Teluk Tanah Merah, Irian Barat, wilayah yang dijaga ketat oleh Belanda. Pendaratan di malam yang kelam tanggal 21 Agustus 1962 ini hanya berhasil dilakukan oleh RI Tjandrasa, sedangkan dua kapal selam lainnya cikar haluan karena ketahuan musuh.
Cerita yang runtun dan apik ini disajikan oleh Atmadji Sumarkidjo, seorang wartawan militer senior yang saat ini alih tugas di media TV. Buku dengan judul Mission Accomplished: Misi Pendaratan Pasukan Khusus oleh Kapal Selam RI Tjandrasa ini telah diluncurkan oleh KASAL di geladak kapal perang KRI Surabaya-591 pada awal tahun 2010.
Buku yang lahir di atas laut ini mengisahkan sepak terjang pelaut Indonesia selama operasi pembebasan Irian Barat tahun 1962.
Sejujurnya misi kapal selam memang misteri dan ”tabu” untuk diceritakan. Satuan yang mempunyai moto Wira Ananta Rudhiro (Tabah Sampai Akhir) ini selalu beroperasi dalam senyap sehingga senyap pula dari pemberitaan di media massa.
Namun, dengan keberanian, akurasi data, dan kedekatan dengan sejumlah petinggi militer, Atmadji berhasil menyusun cerita yang pantas untuk dibukukan.
Dari buku setebal 155 halaman ini, pembaca diajak masuk dalam kehidupan kapal selam, kebiasaan para ABK, hingga tugas-tugas operasi yang selama ini dijalankan, terutama saat operasi Djajawidjaja berlangsung.
Penulis mengakui bahwa semua data yang didapat adalah berdasarkan testimoni para pelaku dan tidak satu pun ”dokumen negara” yang digunakan sebagai acuan. Dari sinilah kepiawaian penulis dibuktikan sehingga cerita yang disajikan dapat mengalir dengan lancar tanpa resistensi birokrasi militer.
Bisul hampir pecah
Subjudul ini dipakai penulis saat menggambarkan situasi sidang kabinet tanggal 20 Januari 1962, sepekan setelah tenggelamnya RI Matjan Tutul di Laut Aru pada tanggal 15 Januari 1962. Peristiwa yang dikenal dengan peristiwa Aru ini menewaskan Deputi I KASAL Komodor Jos Sudarso dan melengserkan KASAU Laksamana Madya Udara S Suryadharma. Adalah menjadi pertanyaan besar tentang siapa yang berinisiatif melaksanakan operasi rahasia tanpa diketahui panglima.
Digambarkan bahwa sidang di Istana Bogor tersebut sangat mencekam, serius, dan sepi setelah Kolonel Mursid menjawab ”Tidak ada perubahan…!”
Menjawab pertanyaan Omar Dhani (KASAU baru) saat bertanya kenapa operasi tidak dibatalkan atau ditunda setelah musuh mengetahui rencana ini.
Hanya karena kewibawaan Bung Karno sehingga tidak terjadi debat keras sesama peserta sidang. AURI yang sakit hati karena disalahkan dan ALRI juga tidak terang-terangan menuduh Angkatan Darat merancang operasi infiltrasi tersebut membuat gamang peserta sidang.
Meskipun semua paham bahwa infiltrasi adalah bagian dari Operasi A, rencana operasi yang dirancang Angkatan Darat.
Peristiwa Aru dan rapat di Istana Bogor sebetulnya menjadi sebuah berkah bagi Komando Mandala yang dipimpin oleh Mayjen Soeharto. Karena dalam akhir rapat Presiden Soekarno memberi petunjuk bahwa Operasi Mandala, operasi pembebasan Irian Barat, adalah operasi gabungan di bawah Komando Panglima Mandala.
Sisi lain operasi pembebasan Irian Barat mengenai kedatangan 6 kapal selam yang diawaki orang Rusia. Keenam kapal selam terakhir yang datang bulan Juli 1962 ini tidak muncul di Ujung Surabaya, tetapi diperintahkan untuk tetap menyelam dan siaga di utara Irian Barat.
Dalam operasi bersandi Alugoro mereka mendapat tugas untuk free hunting, bermakna legal untuk menenggelamkan semua kapal musuh yang ditengarai mengganggu operasi Djajawidjaja.
Kala itu kapal selam ini telah dipersenjatai dengan torpedo terbaru tipe SAET-50 yang dapat homing menuju sasaran. ”Dalam operasi Alugoro yang diberikan secara langsung kepada keenam kapal selam itu adalah menuju Samudra Pasifik di utara Irian Barat. Mereka harus melakukan operasi khusus yang berdiri sendiri di luar Komando Operasi Djajawidjaja di bawah perintah Menteri/ Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Madya RE Martadinata.
Keenam kapal selam diperintahkan membentuk blokade ketat di sepanjang pantai utara Irian Barat untuk menenggelamkan kapal.”
Instruksi ini jelas perintah perang! (Hal 127).
Secara resmi keenam kapal selam baru diserahkan kepada Indonesia pada tanggal 15 Desember 1962. Berakhirlah tugas ABK Rusia di atas kapal selam yang ikut operasi. Kapal selam itu diberi nama RI Widjajadanu/409, RI Hendradjala/405, RI Pasopati/410, RI Bramasta/412, RI Tjundamani/411, dan RI Alugoro/406.
Tak terkendali?
Hasil perundingan di New York yang diprakarsai oleh Amerika berhasil mendamaikan pertikaian Indonesia-Belanda sehingga keluar surat perintah dari Presiden selaku Panglima Tertinggi Angkatan Perang RI/ Panglima Besar Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat untuk menghentikan tembak-menembak sejak 18 Agustus 1962 pukul 09.31 waktu Irian Barat. Surat ini baru direspons Panglima Mandala pada 25 Agustus 1962 dengan keluarnya Perintah untuk Menghentikan Permusuhan Indonesia-Belanda.
Adapun operasi pendaratan pasukan RPKAD yang dilakukan RI Tjandrasa dilaksanakan pada 21 Agustus 1962, beberapa hari setelah keluarnya sandi Awan Terang yang bermakna gencatan senjata.
Pelaksanaan operasi digambarkan penulis dengan apik dan mencekam. Faktor komunikasi dianggap sebagai kendala, mengingat operasi kapal selam selalu dilakukan dengan radio silence!
”Tiga sekoci pendarat diselimuti kegelapan dengan didayung lepas dari RI Tjandrasa menuju pantai pendaratan.
Suasana tenang, sepi, hanya suara gemerisik ombak dan dayung pasukan khusus yang terdengar.”
Buku ini dibuat berdasar testimoni para pelaku sehingga data jarak antara pantai dan kapal selam berbeda. Komandan kapal menyatakan jarak sejauh 500 meter, sedangkan saksi lain menyatakan kurang lebih 2 mil.
Buku ini apik untuk dibaca, apalagi Atmadji sering menggunakan kata-kata heroik, ”….Kita semua masih muda dari perwira sampai bintara.
Kita dipenuhi oleh semangat menyala-nyala dan tidak memikirkan hal lain, seperti gaji, rumah, atau keluarga.”
Semangat yang tentunya diperhatikan oleh para petinggi militer sampai kapan pun

KASAL Jajaki Pengadaan Kapal Selam Dari Korea Selatan dan China


7 7th, 2010 by nav
Kapal Selam ChinaJakarta - Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Agus Suhartono kembali menjajaki pengadaan kapal selam dari Korea Selatan dan China, untuk menambah armada kapal selam yang telah ada.
“Dalam kunjungan tersebut, selain mempererat kerjasama militer kedua negara, khususnya angkatan laut, Kasal juga menjajaki kerjasama industri pertahanan laut dan pengadaa kapal selam,” kata juru bicara TNI AL Laksamana Pertama TNI Herry Setianegara kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.
Herry mengatakan, saat ini TNI AL masih memproses tender ulang pengadaan dua kapal selam baru karena rencana pengadaan sebelumnya ternyata belum disetujui.
Herry menegaskan, TNI AL belum memastikan dari negara mana kedua kapal selam baru itu akan diadakan.
“Karena itu kami masih terus melakukan penjajakan ke sejumlah negara termasuk Korea Selatan dan China,” katanya.
Pengadaan dua unit kapal selam itu dibiayai fasilitas Kredit Ekspor (KE) senilai 700 juta dolar Amerika Serikat yang diperoleh dari fasilitas pinjaman luar negeri di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2004-2009.
“Kami sudah tentukan spesifikasi teknisnya, serta kemampuan dan efek penggentar yang lebih dari yang dimiliki negara tetangga,” kata Herry.
Pada tender pertama, dari empat negara produsen kapal selam yang mengajukan tawaran produk mereka, seperti Jerman, Perancis, Korea Selatan, dan Rusia, TNI AL telah menetapkan dua negara produsen sesuai kebutuhan yaitu Korea Selatan dan Rusia.
Rencananya, TNI AL akan menguji kembali spesifikasi kapal selam dari dua pilihan itu agar sesuai dengan kebutuhan TNI Angkatan Laut.

NEWS AERO

 F-18 Hornet Kanada Jatuh Dan Terbakar Saat Latihan Untuk Alberta 
International Airshow
Sebuah pesawat tempur Kanada jenis F-18 Hornet jatuh dan terbakar saat sesi latihan untuk Alberta International Airshow di bandara county Lethbridge di bagian barat daya provinsi Alberta, Kanada, Jumat (23/7) siang waktu setempat. Belum diketahui penyebab jatuhnya pesawat tersebut, namun pesawat yang dipiloti Kapten Brian Bews tersebut dilaporkan terbang rendah sebelum jatuh. Brian sendiri selamat dari kecelakaan tersebut setelah terjun dengan kursi pelontar.AP/THE CANADIAN PRESS/LETHBRIDGE HERALD/IAN MARTENS/pj

Pesawat Tempur JF-17Jakarta - Pakistan menawarkan Indonesia untuk memproduksi pesawat tempur bersama. Jenis yang ditawarkan adalah JF-17, yang diklaim setingkat di atas jet tempur canggih produk Amerika Serikat, F-16.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, usai penandatanganan MoU kerja sama bidang pertahanan dengan Menteri Pertahanan Pakistan Chaudry Ahmad Muchtar, di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu (21/7).
“Kita ingin melihat lebih jauh tawaran tersebut untuk ditindaklanjuti. Karena kita juga ditawari kerja sama yang sama oleh Korea Selatan,” kata Purnomo. Menurut dia, saat ini Pakistan tengah bekerja sama dengan China membangun pesawat tempur.(Sumber : Primair Online)

Pesawat Tempur KF-XBANDUNG – PT Dirgantara Indonesia (DI) menyatakan siap membuat pesawat tempur KF-X guna mendukung kerja sama Indonesia dengan Korea Selatan (Korsel).
BUMN ini memiliki kompetensi membuat jet tempur berkemampuan di atas rata-rata. ”Desain,sumber daya manusia,teknologi, dan quality control kami menyatakan siap,”ujar Kepala Humas PT DI Rakhendi Triyatna di Bandung kemarin. Kesiapan PT DI bukanlah isapan jempol. Rakhendi menyebutkan, antara tahun 1986-1990 saat masih bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara(IPTN), pihaknya pernah memproduksi tujuh komponen untuk 40 pesawat tempur F-16. Hasilnya excellent,” tandasnya. Kepala Biro Humas Kementerian Pertahanan (Kemhan) Brigjen TNI I Wayan Midhio mengatakan bahwa RI akan berusaha agar pembuatan KF-X dapat dilakukan di Tanah Air, khususnya di PT DI.
Dengan demikian, diharapkan Indonesia bisa mendapat transfer teknologi. Namun di mana kepastian pesawat tempur KF-X akan diproduksi, menurut dia, sejauh ini belum dibicarakan. ”Kami berharap pesawatnya dapat dibuat di sini (Indonesia). Ini akan dibahas dalam kesepakatan selanjutnya.Kalau yang ditandatangani Pak Erris Herryanto (Sekjen Kemhan) kemarin itu baru perjanjian awal,” ujar I Wayan. I Wayan menuturkan, nota kesepahaman dengan Korsel berkaitan dengan rencana produksi bersama (joint production), riset hingga terbentuknya prototipe pesawat tempur.
Prototipe tersebut dapat diproduksi di Indonesia tahun 2020 oleh PT DI. Lebih jauh dia menjelaskan, Indonesia tidak akan mendapat lisensi dari pesawat KF-X karena rancangan awal dari jet tempur tersebut adalah milik Korsel sepenuhnya. Indonesia dalam hal ini hanya menjadi mitra kerja sama, terutama dalam hal pemasaran. Kendati demikian, dia menjamin Indonesia akan mendapat keuntungan dari kerja sama ini karena dapat menyerap teknologi, sedangkan pihak Korsel dapat memangkas biaya produksi dan terbantu di urusan penjualan produk pesawat tempur.
Dia menambahkan, selain sudah mempunyai kemampuan membuat pesawat, Indonesia dipilih Korsel karena memiliki kedekatan dengan banyak negara berkembang. ”Pasar dari KF-X yang utama adalah negara berkembang dan Indonesia sebagai negara berkembang memiliki banyak kolega dengan negara-negara lain,” katanya. Seperti diberitakan sebelumnya, Kemhan RI meneken kesepakatan dengan Korsel untuk memproduksi dan memasarkan jet tempur KF-X yang tertunda beberapa tahun karena terbentur masalah teknis dan pendanaan. Kesepakatan bukan hanya menjadi kebanggaan bangsa karena tidak banyak negara yang bisa memproduksi pesawat tempur, tapi juga untuk melepaskan ketergantungan alat utama sistem senjata (alutsista) dari negara lain.
Dalam kesepakatan yang diteken Komisioner Kementerian Pertahanan Korsel dan Sekjen Kemhan RI Marsekal Madya TNI Erris Herryanto, Indonesia akan menanggung 20% biaya dan akan memperoleh 50 pesawat yang mempunyai kemampuan tempur melebih F-16 ini. Sekjen Kemhan Erris Herryanto sebelumnya pernah mengungkapkan, anggaran yang dibutuhkan untuk proyek strategis tersebut sebesar USD8 miliar dengan jangka waktu kerja sama hingga 2020. Selama waktu itu diharapkan sudah bisa disiapkan lima prototipe.
Pengamat militer MT Arifin berharap dalamkerjasamapembuatan pesawat KF-X tersebut Indonesia bisa memastikan adanya alih teknologi.
Proses alih teknologi dapat terjadi dengan melibatkan PT DI dalam pembuatan KF-X. Menurutnya, tanpa adanya transfer teknologi, kerja sama yang memakan banyak biaya tersebut akan sia-sia,bahkan mendatangkan kerugian. ”Kita harus melihat dulu perjanjiannya seperti apa? Yang terpenting, Indonesia harus mendapatkan transfer ilmu dari adanya kerja sama pembangunan pesawat ini,”ujarnya. Dia pun menilai Indonesia sudah saatnya memproduksi sendiri materi keperluan pertahanan dan keamanan. Jika ilmuwan Tanah Air mampu dengan optimal menyerap teknologi dari Korsel, hal itu dinilainya sebagai perkembangan yang luar biasa. Selama ini Indonesia masih banyak membeli senjata, pesawat,dan kapal dari luar.
”PT DI memang begitu bagus di era Habibie. Namun setelah itu banyak ilmuwan terbaik kita yang lebih memilih bekerja di Singapura dan negara-negara lain. Ini bisa menjadi momentum yang bagus untuk PT DI,”imbuhnya. Kerja sama Indonesia-Korsel ini ternyata sudah sampai ke telinga para blogger sista (sistem pertahanan) dan Facebooker di Indonesia. Berdasarkan penelusuran harian Seputar Indonesia hingga sore kemarin,sudah ada akun Facebook dengan nama Dukung RI Produksi Pesawat Tempur Ini.(Sumber : Sindo)

Jet KF-XSEOUL — Indonesia, Kamis (15/7/2010), sepakat bergabung dalam proyek pengembangan jet tempur KF-X, Korea Selatan, yang tertunda selama beberapa tahun akibat masalah teknis dan pendanaan.
“Indonesia akan memperoleh sekitar 50 jet tempur KF-X dengan menanggung 20 persen biaya pengembangan proyek bernilai miliaran dollar AS itu,” kata Kementerian Pertahanan Korsel dalam sebuah pernyataan.
Kedua negara juga sepakat untuk bekerja sama dalam produksi dan pemasaran jet tempur tersebut.
Kesepakatan ini ditandatangani di Seoul oleh Komisioner Kementerian Pertahanan Korsel dan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Indonesia, Eris Herryanto.
Korsel telah meluncurkan proyek tersebut pada tahun 2000 untuk memproduksi jet tempur buatan dalam negeri.
Setelah lama ditangguhkan karena masalah teknis dan ekonomi, Presiden Lee Myung-Bak pada Januari lalu setuju untuk mendorong proyek tersebut di tengah meningkatnya ketegangan antara Korsel dan Korut.
Korsel berencana menonaktifkan semua jet tempur F-4 dan F-5 pada 2020. Kantor berita Korsel, Yonhap, melaporkan, sekitar 170 jet tempur F-5 beroperasi di Korsel.
Pesawat-pesawat tersebut kali pertama terbang pada 1975 dan telah mengalami sejumlah kecelakaan udara.
“Pengaktifan kembali proyek itu akan dimulai awal tahun depan, dan kami berencana memproduksi jet-jet tempur baru setelah studi kelayakan rampung pada akhir 2012,” kata seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel.
“Kami memerlukan mitra asing yang akan mentransfer teknologi dan suku cadang utama jet tempur tersebut,” ujarnya, tanpa menyebutkan total dana yang diperlukan.
Menurut juru bicara tersebut, di samping pengembangan proyek kunci KF-X itu, Korsel juga akan terus membeli jet-jet tempur canggih dari perusahaan asing.(Sumber : Kompas)

KF-X fighter
Replika Pesawat Tempur KF-X fighter
Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Imam Sufaat, Kamis (17/6), menerima kunjungan delegasi Director General For Defence Industry Promotion DAPA Korea Chang Gon Choi di Cilangkap, Jakarta. Sehari sebelumnya, Chang Gon Choi menghadiri forum pertemuan tahunan Joint Committee and Logistic Meeting di Kementerian Pertahanan dengan salah satu agenda pembahasan rancangan kerja sama pengembangan produksi pesawat Fighter KF-X.(Sumber : Kompas)

Pesawat Tempur F-5 TNI-AU
Pesawat Tempur F-5 E/F TNI-AU Laksanakan Patroli Udara
Terkait dengan rencana diperpanjangnya usia pakai pesawat F-5 E/F sampai dengan tahun 2020, Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AU (Dislitbangau) melakukan berbagai upaya terobosan agar pesawat tersebut dapat dioperasionalkan secara maksimal. Melihat kondisi kesiapan radar APQ 159 yang berada di pesawat F-5 E/F saat ini sangat menurun karena obselette dan sulitnya mencari suku cadang, dengan demikian dicari solusi untuk mengoptimalkan kembali kemampuan Radar APQ 159.
Oleh karena itu, Dislitbangau bekerja sama dengn PT CMI melaksanakan Uji Dinamis Reserve Engineering Radar APQ 159 bagi pesawat F-5 E/F dengan beberapa komponen yang masih banyak di pasaran. Hal tersebut disampaikan oleh Kolonel Lek Teguh Purwo dari Dislitbangau, Bandung. Rabu, (26/5).
Lebih lanjut dikatakan bahwa pembuatan (kloning) modul TRx Radar antara lain pada Receiver Modul, UCO Modul (Voltage Control Oscillator), AFC Modul, STC Controller Modul dan modifikasi beberapa modul di High Voltage.
“Keuntungan dari program Reverse Engineering bagi pesawat F-5 E/F antara lain dapat mengembalikan kemampuan Radar AN/APQ 159 sesuai spesifikasi dan fungsinya, menambah dukungan kesiapan operasi pesawat F-5 E/F serta efektifitas dan efisiensi dapat dicapai untuk mendukung kesiapan operasional pesawat terbang secara optimal”, lanjut Kolonel Lek Teguh.
Brieifing Pagi rutin dihadiri Komandan Lanud Iswahjudi, Kolonel Pnb Ismono Wijayanto, para pejabat Lanud Iswahjudi dan para penerbang sebelum melaksanakan penerbangan di Ruang Rapat Teddy Kustari, Base Ops, Rabu (26/5).
Pada kesempatan tersebut, Komandan Lanud Iswahjudi menyambut baik rencana pimpinan pusat yang akan memperpanjang masa pakai pesawat F-5 E/F hingga tahun 2020, karena hingga saat ini jam terbang pesawat tersebut baru mencapai 6000 jam terbang,. Menurutnya jam terbang tersebut baru separo dari jam terbang maksimal yang ditentukan oleh pabriknya Northop, AS. Oleh karenanya kehadiran staf Dislitbangau bersama PT CMI yang hari ini akan melaksanakan “test flight” disambut baik pula oleh Komandan Lanud Iswahjudi.(Sumber : Dispen Lanud Iswahjudi)

Kopaska - US Navy Seal Latihan TCCC


7 20th, 2010 by nav
Kopaska - US Navy Seal Latihan TCCCSurabaya - Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL dan Angkatan Laut Amerika Serikat dari jajaran US Navy Seal yang terlibat dalam Latihan Bersama (Latma) Flash Iron 10-2/JCET hari ini Jumat (16/7) melaksanakan latihan Tactical Combat Casualiv Care (TCCC) di Pusat Latihan Operasi Laut Kolatarmatim Ujung, Surabaya. Materi latihan tersebut, intinya bagaimana cara memberikan pertolongan darurat lapangan kepada pasukan korban perang.
Untuk itu, setiap prajurit yang terlibat dalam latihan tersebut dikenalkan sekaligus cara penggunaaannya tentang alat-alat kesehatan yang dibutuhkan untuk pertolongan darurat lapangan.
Pentingnya materi ini dilatihkan, agar pasukan elite TNI AL ini mengetahui dan sekaligus memahami tentang pertolongan darurat lapangan pada saat terjadi pertempuran. Pasukan yang terlibat dalam latihan itu dari Kopaska TNI AL 92 personel sedangkan dari pihak US Navy Seal 19 personel.
Latihan yang digelar hingga 5 Agustus tersebut akan melaksanakan beberapa materi latihan diantaranya pengamanan VVIP, materi lain yang juga dilatihkan diantaranya MIO (Martime Interdiction Operation), Markmanship and Skills, CQC (Closed Quarter Combat), dan Urban Warfare. Kasubdispenum Dispenarmatim Mayor Laut Drs Kariono, MAP

Satkopaska Koarmatim Dilengkapi Jeep Anti Teror


7 20th, 2010 by nav
Satkopaska Koarmatim Dilengkapi Jeep Anti TerorSurabaya - Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) Komando Armada RI Kawasan Timur mendapat fasilitas baru yaitu dengan datangnya dua unit kendaraan bermotor roda empat jenis Jeep Wrangler. Pagi tadi, Jumat (16/7).
Setelah berolah raga sepeda Pangarmatim Laksamana Muda TNI Bambang Suwarto sempat meninjau kendaraan tersebut di halaman Markas Satkopaska Koarmatim Ujung, Surabaya.
Kehadiran kendaraan roda empat tersebut di jajaran pasukan elite TNI AL ini adalah untuk mendukung tugas-tugas tertentu Satkopaska Koarmatim, seperti untuk penanggulangan anti teror atau untuk pengamanan VVIP.
Seperti kita ketahui, Satkopaska Koarmatim sebagai pasukan elite TNI AL selain mempunyai tugas pokok peperangan khusus di laut juga sebagai pasukan anti teror.
Tingkat kemampuan dan profesionalisme sebagai pasukan anti terror terus ditingkatkan dan dikembangkan. Seperti beberapa hari yang lalu, pasukan elite ini melaksanakan latihan pengamanan VVIP dan anti teror dengan Angkatan Laut Amerika Serikat dari jajaran US Navy Seal yang diberi sandi “Latma Flash Iron 10-2/JCET. Kasubdispenum Dispenarmatim Mayor Laut Drs Kariono, MAP.

Kopaska - US Navy Seal Latihan Tempur Close Qurter Combat (CQC) Di Bandara Juanda Lama

Kopaska - US Navy Seal Latihan Tempur Close Qurter Combat (CQC) Di 
Bandara Juanda Lama

7 22nd, 2010 by nav
Kopaska - US Navy Seal Latihan Tempur Close Qurter Combat (CQC) Di 
Bandara Juanda Lama
SURABAYA - Seorang instruktur dari US Navy Seals (kiri), menyaksikan sejumlah anggota Komando Pasukan Katak (Kopaska) Koarmatim, saat melakukan parameter tempur Close Qurter Combat (CQC), di lingkungan Bandara Juanda lama Surabaya, Kamis (22/7). Kegiatan CQC tersebut, merupakan latihan bersama Flash Iron 10 - 02 JCET antara Kopaska TNI AL dan US Navy Seals tersebut, untuk menciptakan kemampuan profesional untuk merencanakan dan melaksanakan protap kesiapsiagaan operasional tempur.

Kopaska TNI AL “Serbu Teroris” di Bandara Juanda


7 29th, 2010 by nav
Kopaska TNI AL “Serbu Teroris” di Bandara JuandaSurabaya - Sebanyak 1 Tim Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL “menyerbu” sarang teroris di Bandara Juanda, Rabu (28).
Penghancuran kekuatan lawan yang dilakukan dengan pertempuran jarak dekat itu berlangsung dengan tidak muda, karena musuh bersembunyi di ruangan-ruangan tertutup dan kondisi penerangan gelap.
Tetapi dengan kesiapsiagaan yang handal, prajurit elit TNI AL ini tidak begitu lama dapat berhasil melumpuhkan sarang teroris tersebut.
Sepenggal adegan serbuan ke sarang teroris yang dilakukan oleh Pasukan Katak TNI AL tersebut, merupakan sekanario latihan bersama yang digelar antara TNI AL dengan Angkatan Laut Amerika Serikat dari jajaran US Navy Seal dengan sandi “Flash Iron 10-2 JCET”.
Latihan yang dilaksanakan mulai 12 Juli tersebut, sejak hari Senin (26/7) sampai hari ini Rabu (28/7) melaksanakan latihan di Bandara Juanda, dengan materi latihan CQC (Closed Quarter Combat) atau pertempuran jarak dekat.
Pasukan yang terlibat dalam latihan bersama ini dari Kopaska TNI AL 92 personel sedangkan dari pihak US Navy Seal 19 personel.
Latihan yang digelar hingga 5 Agustus tersebut melaksanakan beberapa materi latihan diantaranya pengamanan VVIP, MIO (Martime Interdiction Operation), Markmanship and Sniper Skills, CQC (Closed Quarter Combat), Urban Warfare dan TCCE (Tactical Combat Casualiv Care).
Tujuan digelarnya latihan bersama ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kesiapsiagaan Pasukan Katak TNI AL dalam melaksanakan Maritime Interdiction Operation, Markmanship dan Sniper Skills, CQC, VVIP Protections, Urban Warfare dan TCCE (Tactical Combat Casualiv Care).
Adapun sasaran dalam latihan ini, yaitu tercapainya aspek perencanaan, operasional, taktis, teknis dan prosedur, serta aspek psikologis, penelitian dan pengembangan Kasubdispenum Dispenarmatim Mayor Laut Drs Kariono, MAP

Kopaska TNI AL “Serbu” Teroris di Kapal Ferry


7 31st, 2010 by nav
Kopaska TNI AL “Serbu” Teroris di Kapal FerrySurabaya - 30 Juli 2010 Pagi itu, dua Tim Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL dengan menggunakan kendaraan tempur air “Sea Reader” berhasil menyerbu masuk (ship boarding) ke kapal Ferry Wicitra yang dikuasai “teroris”.
Kapal yang sarat dengan penumpang tersebut seketika itu terasa mencekam, dan semua penumpang merasa was-was bakal terjadi ensiden berdarah.
Tidak lama kemudian, penyerangan ke kapal ini menjadi semakin tegang dan berdebar, ketika 1 Tim prajurtit Kopaska TNI AL ini melakukan fastroping (meluncur) dari Helikopter kemudian menyerbu ke kapal.
Dalam sekejap, prajurit elit TNI AL ini dapat menguasai ruangan-ruangan vital di kapal yang dikuasai musuh, yaitu di ruang mesin, ruang kemudi dan anjungan.
Dalam “serbuan” tersebut, prajurit Kopaska TNI AL dapat meringkus kawanan teroris dan dalam ensiden ini tidak ada korban jiwa dari penumpang kapal.
Skenario serbuan ke kapal Ferry yang dilakukan oleh prajurit Kopaska TNI AL tersebut, adalah serangkaian dari materi latihan yang digelar antara TNI AL dengan Angkatan Laut Amerika Serikat dari jajaran US Navy Seal dengan sandi “Latma Flash Iron 10-2/JCET, dan latihannya itu sendiri digelar mulai 12 Juli silam.
Pasukan yang terlibat dalam latihan itu dari Kopaska TNI AL 92 personel sedangkan dari pihak US Navy Seal 19 personel.
Latihan yang digelar hingga 5 Agustus tersebut akan melaksanakan beberapa materi latihan diantaranya pengamanan VVIP, materi lain yang juga dilatihkan diantaranya MIO (Martime Interdiction Operation), Markmanship and Skills, CQC (Closed Quarter Combat), Urban Warfare dan TCCE (Tactical Combat Casualiv Care). Kasubdispenum Dispenarmatim Mayor Laut Drs kariono, MAP.