Total Tayangan Halaman

Minggu, 27 Februari 2011

Japanese Military 自衛隊

china and Rusia operation

Chinese Army

Tingkatkan Pengawasan Pulau Terluar TNI AL KOPASKA Gelar Operasi Lut




Kopaska Bersihkan ranjau bawah air di perairan alur pelayaran barat Surabaya
Sejumlah anggota Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) TNI AL berada tak jauh dari ranjau bawah air yang diledakkan dalam tindakan perlawanan ranjau (TDR) di perairan alur pelayaran barat Surabaya (APBS), Surabaya, Selasa (25/1). Kegiatan operasi yang dilakukan Satuan Ranjau (Satran) Koarmatim dengan menggunakan KRI Pulau Rupat-712 dan sejumlah satlak TNI AL, dalam rangka penindakan sekaligus pelatihan penanggulangan ranjau sepeninggal perang dunia II (PD-II) yang disebar oleh Jepang, yang bertujuan untuk menjamin perairan laut demi keutuhan NKRI. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/ed/pd/11)

Jakarta - TNI Angkatan Laut akan meningkatkan pengawasan pulau-pulau terluar dengan menambah gelar operasi kapal perang serta penempatan prajurit Marinir.

“Kita punya 92 pulau terluar. Namun ada 12 pulau yang terpenting kita awasi maksimal,” tandas Kepala Staf TNI AL (Kasal), Laksamana TNI Soeparno, dalam konferensi pers usai membuka Rapim TNI AL di Mabesal, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (25/1).

Menurut Kasal, ke-12 pulau yang harus diawasi itu berbatasan langsung dengan negara tetangga. “Sudah menjadi tugas TNI menjaga keutuhan NKRI,” cetusnya.

Pada Rapim tahunan yang digelar selama satu hari tersebut, tambah Kasal, pihaknya menindaklanjuti instruksi Presiden, Menteri Pertahanan dan Panglima TNI. Rapim diikuti para Asisten Kasal, Kepala Dinas jajaran Mabes TNI AL, Pangkotama TNI AL, sejumlah pejabat teras Mabes TNI, Kementerian Pertahanan, Lembaga Ketahanan Nasional, Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Badan Intelijen Negara dan Mahkamah Agung.

Rapim membahas soal peningkatan profesionalisme prajurit dengan melaksanakan latihan untuk pembinaan dan penggunaan kekuatan, melaksanakan diplomasi dan kerja sama dengan Angkatan Laut negara sahabat, serta uji coba penembakan senjata strategis.

Hal lain yang dibahas adalah percepatan penyelesaian aset TNI AL, pengamanan perbatasan, persiapan kegiatan untuk menghadapi KTT ASEAN, dan penguatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI AL

Tarantula Pengintai dari Udara





Tarantula Pengintai dari UdaraBila pun perang meledak di antara dua Korea, banyak yang berharap korban tentara dapat diminimalkan. Begitu pula jika terjadi baku tembak polisi dengan teroris, sebisa mungkin tak memakan korban petugas. Dalam beberapa tahun terakhir, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertahanan Amerika Serikat (DARPA) mengembangkan mesin perang sebagai tameng di garis depan.

Bekerja sama dengan Honeywell, perusahaan penerbangan yang berbasis di Morristown, New Jersey, Amerika, mereka membuat seri RQ, mesin terbang tanpa awak yang digerakkan dengan alat kontrol jarak jauh. Generasi teranyarnya dinamai RQ-16 T-Hawk atau Tarantula Hawk karena bentuknya yang bulat dan punya kaki-kaki seperti laba-laba.

Perangkat yang digunakan tentara infanteri Amerika pada tingkat peleton ini berfungsi untuk pengawasan, pengintaian, akuisisi target, dan manajemen pertempuran. Komponen utama T-Hawk berupa kontrol elektronik penerbangan, kamera video, serta penerima global positioning system dan radio. Mesin ini juga dilengkapi improvised explosive devices atawa perangkat peledak antideteksi, plus peluru kendali berdaya ledak maksimal untuk menghancurkan target.

Proyek yang menghabiskan dana lebih dari US$ 100 juta itu telah diuji coba pada beberapa wilayah, seperti Irak. T-Hawk mampu mendeteksi target besar seperti kendaraan musuh dari jarak jauh, tapi juga bisa menemukan obyek intai kecil seperti bom atau ranjau dalam jarak terbang terendah.

Selain oleh tentara Amerika, T-Hawk digunakan oleh Kementerian Pertahanan Inggris di Afganistan. Awal tahun ini, Kepolisian Miami juga membeli pesawat tanpa awak ini dari Honeywell dan tinggal menunggu persetujuan asosiasi penerbangan setempat. Di tangan mereka, T-Hawk akan difokuskan untuk operasi pencarian dan penyelamatan.

- Kecepatan: 130 kilometer per jam, idealnya 93 kilometer per jam; seri lainnya 28 kilometer per jam
- Ketinggian terbang: 3.200 meter
- Lama perjalanan: 45 menit
- Berat: 8,4-11 kilogram
- Sensor: kamera inframerah

AS Ikut Pengadaan Kapal Selam AL



KRI Cakra-401 salah satu dari kapal selam TNI AL. Amerika Serikat berminat ikut tender pembelian dua kapal selam diesel oleh TNI AL. Sangat mengejutkan karena AS tidak memproduksi kapal selam diesel. (Foto: TNI AL)

TNI Angkatan Laut tengah menyiapkan tender pengadaan dua kapal selam. Tender ditargetkan Ditargetkan tahun ini proyek tersebut bisa mulai dilaksakan dan selesai tahun 2014.

“Semua persyaratan administratif masih disiapkan sebelum jadwal tender diumumkan. Semoga bisa tahun ini,” ungkap Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, di Bandung, Jawa Barat, Rabu (26/1).

Lebih lanjut ia menjelaskan, dalam proses tender tersebut semua perusahaan di berbagai negara berhak ikut. Hingga saat ini, ada perusahaan dari Korea, Prancis, Amerika, dan Jerman yang menyatakan berminat.

Meski demikian, Agus mewajibkan pemenang tender dari perusahaan asing untuk bekerja sama dengan perusahaan dalam negeri seperti PT PAL dan Bahari. Bentuknya bisa berupa join production atau transfer teknologi, tergantung tingkat kesulitan.

“Teknisi pembuatan kapal harus gabungan antara orang dalam negeri dan asing. Ini sangat penting agar kualitas teknologi dan sumber daya manusia kita di masa depan meningkat,” paparnya.

Tender pengadaan dua kapal selam sebenarnya hendak dilaksanakan tahun lalu. Namun karena pemerintah belum memiliki anggaran, rencana tersebut ditunda.

Pengadaan dua kapal selam TNI AL diperkirakan menghabiskan biaya mencapai US$700 juta. Sumber pendanaan diperoleh dari utang luar negeri dengan fasilitas kredit ekspor.

KRI Kelabang Gagal Kan Pembajakan kapal



KRI Kelabang-826.

KRI Kelabang (KLB - 826) yang dikomandani Mayor Laut (P) Bambang Wasito berada berhasil menggagalkan perompakan terhadap MV Lucky Star - 8 berbendera Indonesia di perairan internasional utara Pulau Bintan, Kepulauan Riau, baru baru ini.

Kejadian bermula sejak MV Lucky Star - 8 berangkat dari Dumai Propinsi Riau mengangkut rempah-rempah dan barang dagangan lain dengan tujuan Songklak, Thailand. Saat diperairan Internasional utara Pulau BIntan para perompak dengan menggunakan perahu mesin tempel dan membawa senjata tajam merapat kemudian menguasai kapal berbobot 200 ton.

Pada saat KRI KLB - 826 di bawah Satuan Kapal Patroli ( Satrol ) Koarmabar sedang melaksanakan patroli di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI ) I, menerima informasi dari Markas Komando Armada RI Kawasan Barat tentang adanya usaha perompakan terhadap MV Lucky Star - 8 pada posisi 01 17 30 U - 104 07 24 T dekat suar hosburg selat Singapura. Selanjutnya KRI KLB - 826 menuju sasaran, kemudian menemukan kapal tersebut , dan berhasil melumpuhkan perompak yang berjumlah 9 orang serta mengamankan13 kru kapal. Dari pemeriksaan awal KRI KLB - 826, diketahui dari 9 orang perompak, tujuh orang diantaranya adalah warga Negara Indonesia, sedangkan yang lainnya berkewarganegaraan Malaysia dan Singapura.

Selanjutnya para perompak dan ABK kapal beserta barang bukti dibawa menuju Pangkalan Angkatan Laut ( Lanal ) Batam untuk diadakan pemeriksaan lebih lanjut

Kamis, 10 Februari 2011

Korsel rayu AS kembangkan rudal jelajah



Rudal Korea Selatan.

SEOUL - Korea Selatan berencana meningkatkan daya jangkau peluru kendali yang mereka miliki untuk mengantisipasi sikap agresif negara tetangga, Korea Utara.

Upaya itu juga sekaligus untuk meningkatkan efek penggentar bagi Korut. Untuk merealisasikan niat tersebut, Korsel akan bekerja sama dan berkonsultasi dengan negara sekutunya, Amerika Serikat.

Langkah negosiasi dilaporkan sudah digelar kedua negara sejak akhir tahun lalu. Jika jadi dilakukan, daya jelajah peluru kendali Korsel bakal meningkat dari hanya mencapai radius 300 kilometer menjadi lebih dari 1.000 kilometer.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel, Rabu (19/1), menolak berkomentar. Namun, Perdana Menteri Korsel Han Seung-soo pernah menyampaikan di depan parlemen Korsel soal pentingnya upaya tersebut, apalagi menyusul langkah uji coba peluncuran peluru kendali Korut pada April 2009.

Sayangnya isu itu tidak mengemuka dan berlanjut dalam pertemuan keamanan bilateral tahun 2009. Ketika itu AS khawatir upaya tersebut hanya akan memicu perlombaan senjata di kawasan timur laut Asia.

Akan tetapi, isu tersebut kembali mencuat dan dinilai mendesak untuk segera direalisasikan, terutama pasca-serangan terhadap kapal perang Korsel, diduga dilakukan Korut. Dalam insiden itu 46 prajurit Angkatan Laut Korsel tewas.

Serangan Korut kembali terjadi saat mereka menyerang Pulau Yeonpyeong, Korsel, dan menewaskan empat orang dengan tembakan ratusan peluru artileri meriam Korut.

Saat ini diyakini Korut memiliki sedikitnya 1.000 peluru kendali dengan berbagai macam tipe dan 800 peluru kendali balistik. Kebanyakan dari peluru kendali itu diarahkan langsung ke Seoul atau ke sejumlah daerah lain di Korsel. Sejumlah peluru kendali Korut diketahui memiliki daya jelajah menengah, hingga 3.000 kilometer.

Hal itu berarti Korut memiliki kemampuan ”menghajar” basis militer AS yang ada di Jepang dan di Guam. Pada April 2009 Korut menguji coba tiga peluru kendali balistik antarbenua mereka. Salah satu peluru kendali itu melintas terbang di atas wilayah udara Jepang dan mendarat di Samudra Pasifik.

Dalam tur kunjungan kawasannya pekan lalu, Menteri Pertahanan AS Robert Gates memperkirakan dalam lima tahun mendatang Korut sudah menguasai peluru kendali balistik antarbenua, yang mampu menjangkau negaranya. Dari sanalah kemudian muncul pernyataan Gates bahwa Korut telah menjadi ancaman langsung bagi AS.

Lebih lanjut, untuk bisa menjalankan rencananya meningkatkan daya jelajah peluru-peluru kendalinya, Korsel harus terlebih dahulu mendapat persetujuan AS untuk merevisi pakta perjanjian bilateral kedua negara, yang ditetapkan tahun 2001. Dalam pakta itu disebutkan, peluru kendali balistik Korsel dibatasi hanya memiliki daya jelajah maksimal 300 kilometer dan membawa bahan peledak sampai 500 kilogram.

”Saat ini pembicaraan tentang hal itu masih sangat awal dan dini, terutama untuk bisa mengetahui apakah rencana tersebut bisa dilakukan atau tidak,” ujar salah seorang sumber dari dalam pemerintahan Korsel.

Selama ini AS menjamin pertahanan Korsel dengan menggelar 30.000 personel pasukan militernya di kawasan tersebut.

Inggris Kembangkan Tank Siluman




Tank Siluman
Konsep tank siluman yang dikembangkan oleh BAE Systems, Inggris. Foto: foxnews.com

Jakarta - Anda pernah baca komik Wonder Woman? Tokoh superhero karya William Moulton Marston itu punya pesawat jet yang bisa menghilang alias tak kelihatan.

Nah, dalam waktu tak lama lagi kendaraan lapis baja atau tank yang diturunkan dalam medan tempur juga bakal tak kelihatan oleh musuh alias invisible.

Kemungkinan untuk “menghilangkan” tank itu kini sedang diteliti oleh pabrik senjata di Inggris, BAE Systems. Mereka menamakan teknologi ini sebagai eCamouflage.

Cara kerjanya dengan menggunakan “tinta elektornik” sebagai bahan penyamaran. Lalu, video kondisi di sekitar tank diarahkan ke tank tersebut maka jadilah tank siluman.

Tak seperti penyamaran konvesional, pada penyamaran eCamouflage gambar di seluruh tank turut berubah menyesuaikan kondisi di sekitarnya.

Hal ini dimungkinkan berkat adanya sensor elektronik canggih yang tertanam di bagian luar tank. Dengan begitu tank bisa menyusup ke wilayah musuh tanpa ketahuan.

Untuk mewujudkan proyek ini BAE Systems menggandeng perusahaan Swedia yang menciptakan teknologi e-ink screens di digital book readers seperti Amazon Kindle dan Sony Reader.

Teknologi ini akan diujicobakan di tank CV90. “Tapi tak hanya itu, kami juga akan mencobanya di pesawat terbang,” kata Mike Sweeney, juru bicara perusahaan tersebut

Rabu, 02 Februari 2011

AS Dukung Kerja Sama Keamanan Selat Malaka





Komandan US Pacific Fleet, Laksamana Patrick M.Walsh Ke Monas
Komandan US Pacific Fleet, Laksamana Patrick M.Walsh (kiri) Komandan Logistik Rear Admmiral Ron Horton (kanan) menerima penjelasaan mengenai Monumen Nasional (Monas) ketika mengunjungi tempat tersebut, Jakarta, Senin (17/1). Dalam kesempatan tersebut Walsh mengemukakan pentingnya dibuka kerjasama baru dalam hubungan antara Armada Pasifik Amerika Serikat dan kawasan Asia Tenggara, serta membicarakan masalah keamanan regional dengan Pemerintah RI dan TNI. (Foto: ANTARA/Yudhi Mahatma/Spt/11)

Jakarta - Amerika Serikat mendukung kerja sama keamanan antara negara-negara tripartit di Selat Malaka, kata Panglima Armada Pasifik AS Patrick Walsh di Jakarta, Senin.

“Saya pikir sangat penting permasalahan di Selat Malaka ditangani oleh negara-negara yang terkait secara langsung. Saya kira peran yang dapat dilakukan oleh AS adalah menyediakan program-program pelatihan yang relevan kepada Indonesia, Singapura dan Malaysia sebagai negara terkait,” kata Walsh disela-sela kunjungannya ke Monumen Nasional di Jakarta Pusat.

Walsh mengatakan, kerangka kerja sama tiga negara (Indonesia, Singapura, Malaysia) yang dinamakan MALSINDO telah terbukti efektif dalam mengamankan Selat Malaka dari ancaman pembajakan.

“Angka pembajakan yang terjadi di wilayah ini semakin menurun sejak diberlakukannya kerja sama MALSINDO. Melihat dari kenyataan ini, saya bisa mengatakan bahwa kerangka tersebut berjalan dengan sangat baik,” tambahnya.

Selat Malaka terletak antara Pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka. Selat sepanjang sekitar 800 kilometer itu menghubungkan Samudera Hindia (barat Asia) dan Samudera Pasifik (Asia Timur) dan telah menjadi salah satu pusat perdagangan dunia sejak zaman kerajaan di Indonesia.

Kini, Selat Malaka merupakan salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia yang melayani lebih dari 50.000 kapal yang mengangkut hampir seperlima komoditas yang diperdagangkan di dunia.

Informasi dari Biro Maritim Internasional (IMB) mengatakan pembajakan di kawasan Asia Tenggara mengalami penurunan sebesar 70 persen karena pelaksanaan patroli bersama antara Indonesia, Malaysia dan Singapura di Selat Malaka sejak tahun 2004.

Panglima Armada Pasifik AS Kunjungi Indonesia
Komandan US Pacific Fleet, Laksamana Patrick M.Walsh Ke Monas
Komandan US Pacific Fleet, Laksamana Patrick M.Walsh mengamati lanskap kota Jakarta dari puncak Monumen Nasional, Senin (17/1). (Foto: ANTARA/Yudhi Mahatma/Spt/11)

Panglima Armada Pasifik Amerika Serikat Laksamana M Patrick Senin pagi tiba di Jakarta, untuk kunjungan dua harinya di Indonesia.

Setibanya di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Patrick langsung mengadakan pertemuan tertutup dengan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono.

Pertemuan dilaksanakan di ruang VVIP Base Operations Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, kata juru bicara TNI Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul kepada ANTARA di Jakarta.

Selain mengadakan kunjungan kehormatan kepada Panglima TNI, Patrick dijadwalkan melakukan kegiatan serupa kepada Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno.

Iskandar mengatakan, fokus pembicaraan seputar evaluasi kerja sama kedua negara terutama di bidang militer dan pertahanan yang telah berjalan baik.

Dibicarakan pula upaya peningkatan yang dapat dilakukan kedua pihak di masa depan, seiring dengan perkembangan lingkungan strategis kawasan, lanjut Iskandar.

Komando Armada Pasifik AS telah melakukan berbagai kegiatan kerja sama dengan sejumlah negara kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia, didasari saling pengertian dan saling percaya